![]() |
![]() |
Daerah Asal - Bareh Solok dihasilkan dari padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro yang ditanam di lima kecamatan di Kabupaten Solok, yaitu di Kecamatan Kubung, Lembang Jaya, X Koto Singkarak, Bukit Sundi dan Gunung Talang, serta di dua Kecamatan di Kota Solok, yaitu di Kecamatan Tanjung Harapan dan Lubuk Sikarah. Seluruh wilayah pertanaman padi penghasil Bareh Solok terletak pada ketinggian 390-900 m dpl. Bareh Solok dikenal sebagai beras yang berwarna putih dan menghasilkan nasi yang pulen sampai pera, lembut, memiliki rasa yang manis dan enak serta tidak mudah .basi
REPUTASI
Nama barang yang didaftarkan adalah Beras. Produk Bareh Solok yang dihasilkan saat ini adalah Beras Putih. Bareh Solok dihasilkan dari tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro yang dibudidayakan dan diproses menjadi beras di 5 kecamatan di Kabupaten Solok, yaitu di Kecamatan Kubung, Lembang Jaya, X Koto Singkarak, Bukit Sundi dan Gunung Talang, serta di 2 kecamatan di Kota Solok, yaitu di Kecamatan Tanjung Harapan dan Lubuk Sikarah.
![]() |
![]() |
KARATERSITIK
Karakterisitik dan kualitas Bareh Solok dikenali berdasarkan deskripsi varietas dan hasil pengujian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat di Solok, Universitas Andalas di Padang dan PT. Saraswanti Indo Genetech di Bogor, terhadap ciri dan kualitas fisik serta ciri dan kualitas kandungan Gizi Bareh Solok dari setiap varietasnya.
Sifat Organoleptik Bareh Solok diperoleh dari penilaian umum konsumen Bareh Solok di Kota dan Kabupaten Solok. Sifat Fisik dan Kandungan Gizi diperoleh dari data Umum Deskripsi Varietas Tanaman Pangan yang diterbikan oleh UPTD BPSB Sumatera Barat dan dari hasil analisis oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat di Solok serta Laboratorium Pengujian BB Padi Balai Besar Pengujian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Sifat Organoleptik
Secara Organoleptik Bareh Solok dikenal oleh masyarakat Solok dan Sumatera Barat memiliki ciri dan kualitas nasi yang Pulen sampai pera, memiliki rasa yang manis dan enak serta tidak mudah basi.
Sifat Fisik
Informasi sifat umum gabah dan beras dari varietas Cisokan dan varietas Anak Daro diperoleh dari Deskripsi Varietas Tanaman Pangan yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Barat (BPSB-Sumbar).
Ringkasan sifat Fisik gabah dan Bareh Solok dari tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro yang diambil dari wilayah penghasil Bareh Solok dan dari gabah dan beras yang berasal dari bukan wilayah penghasil Bareh Solok dari hasil analisis Balai Pengkajian Tanaman Pangan Sumatera Barat di Solok.
Analisis lengkap sifat fisik Gabah dan Bareh Solok dari tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro dari wilayah penghasil Bareh Solok dan bukan dari wilayah penghasil Bareh Solok yang dianalisis oleh Balai Pengkajian Teknologi Tanaman Pangan Sumatera Barat di Solok dan Saraswanti Indo Genetech di Bogor.
Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok sebagai berikut:
- Butir Mengapur pada Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok lebih rendah dibandingkan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok. Rendahnya kadar Butir Mengapur dan Butir Kuning pada Bareh Solok disebabkan tingginya kadar amilopektin pada Bareh Solok dibandingkan pada Bukan Bareh Solok.
- Butir Kepala pada Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok lebih tinggi dibandingkan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis areal pertanaman padi yang mempengaruhi ketersediaan Sumber Hara Tanah yang mempengaruhi proses pengisian kantong padi. Pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok ketersediaan Sumber Daya Hara sebagai sumber nutrient lebih tinggi dibanding wilayah pertanaman padi bukan Bareh Solok, karena wilayah pertanaman padi Bareh Solok berada pada kawasan gunung berapi Talang yang terus mengeluarkan debu vulkaniknya sehingga memperkaya Sumber Daya Hara pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok.
- Butir Menir dan Butir Kuning pada Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok lebih rendah dibandingkan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis areal pertanaman padi yang mempengaruhi ketersediaan Sumber Hara Tanah yang mempengaruhi proses pengisian kantong padi. Pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok ketersediaan Sumber Daya Hara sebagai sumber nutrient lebih tinggi disbanding wilayah pertanaman padi bukan Bareh Solok, karena wilayah pertanaman padi Bareh Solok berada pada kawasan Gunung Talang yang terus mengeluarkan debu vulkaniknya sehingga memperkaya Sumber Daya Hara pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok.
Zat lain yang terdapat dalam beras adalah kandungan Amilosa, Amilosa pada beras akan mempengaruhi tekstur nasi yang dihasilkan. Kadar amilosa, beras diklasifikasikan menjadi ketan atau beras dengan kandungan amilosa sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa Bareh Solok termasuk beras yang beramilosa sedang sampai tinggi, maka pulen dan peranya nasi beras Bareh Solok disebabkan kandungan amilosanya yang sedang sampai tinggi.
Bareh Solok dari varietas Cisokan memiliki kandungan Amilosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras Indikasi Geografis lain seperti Beras Raja Uncak dan Beras Adan Krayan, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan Beras Pandanwangi Cianjur.
Bareh Solok termasuk kategori pulen. Bareh Solok yang berasal dari varietas Anak Daro memiliki kandungan Amilosa yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras Indikasi Geografis lain seperti Beras Raja Uncak dan Beras Adan Krayan, tetapi setara dengan Beras Pandanwangi Cianjur. Bareh Solok termasuk kategori pera. Dengan demikian maka Bareh Solok yang berasal dari varietas Cisokan dan varietas Anak Daro termasuk kategori beras pulen sampai pera.

LINGKUNGAN GEOGRAFIS
Faktor Alam dan Faktor Manusia mempengaruhi kemunculan ciri dan kualitas Bareh Solok adalah sebagai berikut:
Sejarah dan Kondisi Umum
Sejarah Wilayah Solok Wilayah Solok sebagai penghasil Bareh Solok saat ini terdiri dari Kabupaten Solok dan Kota Solok. Wilayah ini terletak di Provinsi Sumatera Barat. Menurut uraian para tetua dalam buku Bunga Rampai 1 Abad Kabupaten Solok, salah satu versi menyatakan bahwa kata Solok berasal dari sebutan oleh ninik mamak pada suatu wilayah yang elok. Mereka menyebutnya sebagai saelok-elok tampek, yang berarti tempat yang terbaik. Tempat tersebut terletak di tepi air yang berbelok-belok. Ditempat itulah kemudian mereka tinggal, membuka lahan, bercocok tanam, mendirikan peradaban dengan membentuk pola dan aturan hidup berkelompok, berkembang dan menjadi satu kesatuan masyarakat.
Hikayat atau tambo tradisonal Minangkabau menyebutkan bahwa nenek moyang orang Solok datang dari berbagai daerah pada waktu yang berbeda. Sebagian besar masyarakat Solok diperkirakan berasal dari Luhak Tanah Datar, sisanya datang dari Kerinci dan daerah-daerah di kawasan Selatan, seperti Jambi dan Sumatera Selatan. Kajian yang lebih mendalam memperkirakan pemukim pertama di wilayah Solok adalah berasal dari Pariangan Padang Panjang dan mendiami wilayah Kubung Tigo Baleh dan sekitarnya. Dari daerah ini mereka terus menyebar ke Selatan sampai ke wilayah Sungai Pagu dan Sangir. Pemukim kedua diperkirakan datang dari Batu Sangkar, yang sebelumnya juga berasal dari Pariangan, dan menjadi pemukim di wilayah X Koto Diateh. Pemukim ketiga juga berasal dari Batu Sangkar yang setelah melewati Sijunjung dan Sungai Dareh mendiami kawasan sekitar Sangir. Kelompok pemukim lainnya adalah kelompok yang berasal dari Jambi dan Sumatera Selatan yang bermukim di wilayah Payung Sekaki, Aia Luo, Kipek, Supayang dan Sungai Durian.
Tambo lainnya mengatakan bahwa wilayah Solok dahulu dikenal sebagai Kubuang Tigo Baleh yang merupakan bagian dari Luhak Tanah Datar. Daerah ini tidak merupakan daerah yang harus membayar upeti, tetapi merupakan daerah yang menerima upeti dari daerah pesisirnya yang sekarang termasuk dalam wilayah Kabupaten Solok Selatan, Padang Luar Kota dan sebagian daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Nama Kubuang Tigo Baleh berasal dari datangnya 73 orang dari Luhak Tanah Datar ke wilayah ini. Diperkirakan rombongan tersebut dipimpin oleh Datuk Perpatih nan Sabatang yang meninggalkan Kerajaan Pagaruyung karena ketidak sesuaian paham dengan Aditiawarman yang menjadi Raja di Kerajaan Pagaruyung (Minangkabau), 13 orang dari rombongan tersebut tinggal di wilayah ini mendirikan pemukiman di wilayah Solok, 60 orang lainnya meneruskan perjalanan ke Lembah Gumanti, Surian dan Muara Labuh. Dari ketiga belas anggota rombongan yang menetap itulah muncul nama Kubuang Tigo Baleh.
Asal usul penduduk Solok yang berasal dari orang-orang yang berpindah tempat karena berbagai penyebab, memberikan pengaruh kapada karakter, sistem sosial budaya dan sistem politik masyarakat. Penduduk Solok cenderung menjadi masyarakat yang dinamis, memiliki mobilitas yang tinggi dengan karakter yang tegas dan keras. Sampai berakhirnya perang Paderi tahun 1837, nama Solok masih beum terdengar. Nama Solok mulai tercatat pada tanggal 9 April 1913 sebagai nama wilayah adminsitratif kepemerintahan yang dituangkan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1913 No. 321. Sebelumnya wilayah ini masuk dalam Districten Minangkabau. Selain perang Paderi di wilayah Solok juga terjadi beberapa perang besar terhadap kekuasaan Belanda, antara lain di wilayah Kubung pada tahun 1840- 1842. Pada tahun 1927 juga tercatat perang besar yang dikenal dengan nama Perang Silungkang. Wilayah Solok juga merupakan daerah utama tanam paksa kopi oleh Belanda.
Kondisi Umum Kabupaten dan Kota Solok Berdasarkan kesepakatan ninik mamak orang Solok, wilayah Solok dinyatakan terbentuk pada tanggal 9 April 1813, dimana pada tanggal tersebut untuk pertama kalinya nama Solok disebut dan digunakan sebagai nama unit administrasi wilayah setingkat Kabupaten pada masa pemerintahan kolonial Belanda, yaitu sebagai afdeeling Solok berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Belanda yang termuat dalam Staatsblad van Nederlansch-Indie 1913 no. 321. Secara legal formil dalam Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Solok dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah.
Undang-Undang No. 8 tahun 1956 menetapkan Kota Solok sebagai kota kecil. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1970 ditetapkan Kota Solok sebagai daerah otonom Pemerintah Tingkat II Kotamadya Solok. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan sebagai Pemerintah Tingkat II Kota Solok.
Secara geografis Kabupaten Solok terletak antara 00° 32’-01° 42’ Lintang Selatan dan 100° 25’- 101° 41’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Solok adalah berupa daratan seluas 3.738 km2 dan berupa perairan pada sebagian Danau Singkarak seluas 129,70 km2.
Wilayah Kabupaten Solok merupakan daerah yang berbentuk dataran, berbukit dan bergunung dengan ketinggian dari 349m sampai sekitar 1.458mdpl. Kabupaten ini memiliki satu gunung yang masih aktif yaitu Gunung Talang dengan ketinggian sekitar 2.572m, memiliki 4 danau yaitu Danau Diatas dengan luas sekitar 17,20 km2, Danau Dibawah dengan luas sekitar 18,90 km2, Danau Talang dengan luas sekitar 1,30 km2 dan Danau Singkarak dengan luas sekitar 129,70 km2
Kabupaten Solok berbatasan pada bagian:
- Utara dengan Kabupaten Tanah Datar,
- Selatan dengan Kabupaten Solok Selatan,
- Barat dengan Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan,
- Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung.
Kota Solok secara geografis terletak antara 0° 44’28”- 0° 49’12” Lintang Selatan dan 100° 32’42”-100° 41’12” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Solok adalah berupa daratan seluas 57,64 km2, di simpul jalan lintas Sumatera dengan jarak sekitar 64 km ke Kota Padang, sekitar 54 km ke kota Padang Panjang, 66 km ke Kota Batusangkar dan sekitar 31 km ke Kota Sawahlunto.
Wilayah Kota Solok merupakan daerah yang berbentuk dataran dan berbukit dengan ketinggian sekitar 390m dpl.
Kota Solok berbatasan pada bagian:
- Utara dengan Kabupaten Solok
- Selatan dengan Kabupaten Solok
- Barat dengan Kota Padang
- Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
Kawasan Produksi Bareh Solok
Produk Indikasi Geografis Bareh Solok saat ini dihasilkan di 7 (tujuh) wilayah kecamatan yang terdiri dari 5 (lima) Kecamatan di Kabupaten Solok yaitu:
- Kecamatan Talang,
- Kecamatan Kubung,
- Kecamatan Lembang Jaya,
- Kecamatan X Koto Singkarak
- Kecamatan Bukit Sundi
2 (dua) kecamatan di Kota Solok yaitu:
- Kecamatan Tanjung Harapan dan
- Kecamatan Lubuk Sikarah.
Dimana wilayah Indikasi Geografis budidaya Bareh Solok masih memungkin untuk bertambah dimasa yang akan datang seiring dengan bertambahnya anggota kelompok yang saat ini belum bergabung dalam MPIG Bareh Solok. Wilayah budidaya Bareh Solok berada pada ketinggian antara 390 - 900 m dpl.
Faktor Alam
Faktor alam yang mempengaruhi ciri dan kualitas Bareh Solok yang dihasilkan, antara lain adalah faktor tanaman, faktor tanah dan faktor iklim. Berikut adalah informasi tentang faktor-faktor tersebut, tanpa analisis keterkaitan antar faktor-faktor tersebut.
Faktor Tanaman
Tanaman padi yang menjadi sumber Bareh Solok termasuk dalam golongan padi cere atau padi indica, yang ditanam di sawah. Varietas tanaman padi yang dapat menghasilkan Bareh Solok adalah varietas Cisokan dan varietas Anak Daro.
Faktor Iklim
Faktor iklim yang dominan pengaruhnya pada tanaman adalah curah hujan (CH) yang diukur dalam satuan mm, dan hari hujan (HH) yang diukur dalam satuan hari.
Faktor Tanah
Faktor tanah memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan kualitas produk yang dihasilkan tanaman. Kondisi tanah dapat dikenali dari Analisis Fisik dan Analisis Kimia. Untuk mengetahui kondisi tanah lokasi pertanaman Bareh Solok di wilayah Kota dan Kabupaten Solok yang juga kelak akan bermanfaat antara lain untuk pengaturan pemberian pupuk, telah dilakukan uji pada 3 contoh tanah komposit yang berasal dari:
- Dataran dengan ketinggian rendah, yaitu sekitar 350 m dpl, yaitu dari Kecamatan Tanjung Harapan, Kecamatan Lubuk Sikarah, dan Kecamatan X Koto Singkarak,
- Dataran dengan ketinggian sedang, yaitu sekitar 500-600 m dpl, yaitu dari Kecamatan Kubung dan Kecamatan Bukit Sundi, dan
- Dataran dengan ketinggian tinggi, yaitu sekitar 700-800 m dpl, yaitu dari Kecamatan Gunung Talang dan Kecamatan Lembang Jaya
Faktor Manusia
Faktor manusia yang memiliki pengaruh timbal balik terhadap ciri dan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh masyarakat antara lain adalah aspek sosial budaya dan ekonomi. Pengaruh kedua aspek tersebut bagi Bareh Solok disampaikan pada uraian berikut.
Aspek Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya masyarakat Solok adalah merupakan bagian dari system social budaya masyarakat Minangkabau. Dengan mempelajari secara seksama pepatah-pepatah adat Minang serta fakta-fakta yang hidup dalam masyarakat seperti misalnya yang berkaitan dengan perkawinan, sistem kekerabatan, kedudukan harta pusaka tinggi, peranan mamak dan penghulu, akan terlihat sistem dan konsep hidup dan kehidupan yang ada dalam sistem sosial budaya masyarakat Minangkabau. Khususnya terkait dengan padi dan dengan tujuan hidup, terdapat pemahaman yang dikenal dengan Bumi Sanang Padi Manjadi Taranak Bakambang Biak. Pemahaman tersebut memiliki makna alam terpelihara, padi subur dan ternak berkembang biak.
Menurut adat Minangkabau, kondisi masyarakat yang diidamkan adalah masyarakat yang aman damai makmur ceria dan berkah. Harapan tersebut sejalan dengan kondisi masyarakat yang diinginkan terwujud dalam ajaran Islam yang dianut oleh hampir seluruh masyarakat Minangkabau, yaitu “Baldhatun thaiyibatun wa robbun gafuur”. Masyarakat yang aman damai dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Kehidupan kekerabatan masyarakat Solok mengikuti garis keturunan ibu atau disebut garis “matrilineal”. Dalam system ini ibu memegang peranan penting dalam pendidikan, pengamanan harta dan kekayaan serta kesejahteraan keluarga. Karena itu dikenal adanya harta pusako tinggi yang merupakan harta turun temurun dan boleh dipakai apabila “ado rumah gadang katirisan, maik tabujua di tangah rumah, gadih gadang alun bersuami”. Artinya adalah harta pusako tinggi boleh dipakai bila terjadi rumah gadang rusak, ada mayat keluarga yang tidak terurus sebagaimana mestinya atau ada anak gadis yang sudah dewasa tetapi masih belum bersuami. Harta pusako tinggi turun warisnya melalui garis keturunan ibu, sedangkan harta pusako rendah dibagi sesuai hukum Islam. Harta pusako tinggi itu antara lain adalah harta yang sudah turun temurun, sedangkan yang termasuk harta pusako rendah adalah harta hasil pencarian suami istri.
Aspek Ekonomi
Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat erat berkaitan dengan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Kota Solok dan di Kabupaten Solok. Semakin luas kepemilikan sawah, tentunya akan memberikan pendapatan yang lebih banyak bagi pemilik sawah dan keluarganya. Penanaman padi umumnya dilakukan 6 kali dengan 5 kali panen dalam 2 tahun dengan produktifitas rata-rata di Kota Solok dan di Kabupaten Solok sekitar 6 ton gabah kering panen/ha/musim tanam. Dengan tingkat produksi tersebut berarti dari setiap hektar pertanaman padi Bareh Solok, petani memperoleh pendapatan kotor sekitar Rp 36.000.000/ ha/musim tanam atau sekitar Rp 180.000.000/2 tahun, atau sekitar Rp 7.500.000/bulan.
Sejarah Padi dan Beras di Solok
Tanaman padi diperkirakan berasal dari wilayah Asia dan Asia Selatan yang dianggap sebagai daerah asal tanaman padi. Fosil padi ditemukan di Uttar Pradesh India dari sekitar 100-500 tahun SM. Catatan dari Zhejiang (China) memperlihatkan bahwa padi sudah di budidayakan sejak 3.000 tahun SM di China. Dari wilayah asalnya tersebut tanaman padi menyebar ke seluruh dunia, khususnya ke daerah-daerah yang beriklim tropis. Tanaman padi yang tumbuh dan berkembang di wilayah Solok telah disesuaikan dengan selera masyarakat Minangkabau yang menyukai beras yang pera. Di wilayah Kota Solok dan Kabupaten Solok berkembang berbagai varietas tanaman padi jenis cere yang merupakan cikal bakal varietas tanaman padi penghasil Bareh Solok, yaitu varietas Anak Daro. Varietas Anak Daro diperkenalkan kepada masyarakat melalui SK. Menteri Pertanian No. 73/KPTS/SR.120/2/2007 tanggal 7 Februari 2007.
Tanaman padi varietas Cisokan mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui SK. Menteri Pertanian No 548/Kpts/TP.240/8/1985, tanggal 5 Agustus 1985. Varietas Cisokan adalah varietas tanaman padi yang didatangkan dari luar wilayah Solok. Varietas Cisokan saat ini merupakan varietas tanaman padi yang paling banyak ditanam di wilayah Solok. Tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro banyak juga dibudidayakan di luar wilayah Solok, tetapi ciri dan kualitas beras dan nasi yang dihasilkan berbeda dengan Bareh Solok. Hal tersebut memperlihatkan bahwa selain pengaruh varietas, pengaruh lingkungan juga sangat kuat dalam menghasilkan Bareh Solok.
Proses Produksi Bareh Solok
Proses produksi Bareh Solok memiliki beberapa tahapan, yaitu tahapan budidaya termasuk pengolahan tanahnya, tahapan panen dan pasca panen, tahapan pengolahan, pengemasan dan penyimpanan, serta tahapan pemasaran. Uraian setiap tahapan terdapat pada tulisan berikut:
Budidaya
Budidaya tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro penghasil Bareh Solok harus dilakukan di wilayah 7 Kecamatan penghasil Bareh Solok di Kota Solok dan di Kabupaten Solok.
Pembibitan
Benih yang akan dipakai untuk disemaikan tidak boleh mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang. Warna gabah harus cerah, sesuai aslinya dan sesuai dengan varietasnya. Bentuk gabah tidak berubah dan harus sesuai bentuk aslinya. Daya kecambah benih padi yang boleh adalah minimal 80%. Sebelum disemaikan, benih diseleksi terlebih dahulu dengan cara merendam dalam larutan air garam. Benih-benih yang mengapung atau melayang dalam larutan air garam dibuang. Benih-benih yang tenggelam dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam selama 1 malam di dalam air mengalir supaya benih berkecambah secara bersamaan.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan sawah dimulai dari membersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar. Selanjutnya lakukan perbaikan pematang serta mencangkul sudut-sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak. Kemudian sawah dibajak untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan tanah ke dalam tanah. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari, setelah itu dilakukan pembajakan kedua yang disusul oleh pembajakan ketiga (bila diperlukan) 3-5 hari menjelang tanam.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh diantara tanaman padi. Pekerjaan penyiangan dikerjakan sekaligus dengan penggemburan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 2-3 minggu dan pada saat tanaman berumur 4-6 minggu. Penyiangan dapat pula dilakukan dengan menggunakan landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong). Pada waktu penyiangan kondisi air di areal sawah dibuat macak-macak. Genangan air pada lahan sawah perlu diatur sedemikian rupa sehingga tanaman padi sawah tidak kekurangan air dan juga tidak kelebihan air.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Terdapat berbagai jenis hama dan penyakit tanaman padi yang diketahui menyerang pertanaman padi di Kota Solok dan di Kabupaten Solok. Namun selama memungkinkan petani akan menghindari penggunaan pestisida anorganik dan menggantinya dengan teknik pengendalian lain non pestisida anorganik.
Tanaman Siap Panen
Pada saat tanaman siap panen, air pada persawahan dikeringkan sekitar 15 hari menjelang panen. Tanaman padi dinyatakan siap di panen apabila sekitar 90 % bulir padi sudah menguning dan sebagian daun juga sudah mulai menguning.
Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan dengan menggunakan arit atau sabit dengan cara memotong batang tanaman padi yang berisi malai yang telah masak pada ketinggian sekitar 10- 20 cm dari permukaan tanah.
Pemasaran
Pemasaran dilakukan dalam bentuk gabah kering panen dan dalam bentuk beras. Pemasaran dalam bentuk gabah yang sudah kering dan bersih dilakukan oleh petani kepada UPH sehingga beras yang dihasilkan menjadi milik UPH.
Tanda Indikasi Geografis Bareh Solok
Tanda Indikasi Geografis Bareh Solok terdiri dari nama Indikasi Geografis, Logo Bareh Solok, Logo Indikasi Geografis Nasional dan Kode Keterunutan, yang diatur sebagai berikut:
Nama Indikasi Geografis
Nama Indikasi Geografis yang wajib digunakan dalam label dari setiap kemasan produk Bareh Solok adalah, Bareh Solok.
Logo Indikasi Geografis Bareh Solok
Logo Indikasi Geografis yang wajib digunakan dalam label setiap kemasan produk Bareh Solok
Makna dari Logo Bareh Solok tersebut adalah: Gambar dua butir padi berwarna emas bermakna butir padi kebanggaan masyarakat Kabupaten Solok dan Kota Solok yang menghasilkan Bareh Solok yang terkenal.
Gonjong Rumah Gadang bergonjong (berpuncak runcing) lima bermakna rumah adat Minangkabau melambangkan bahwa wilayah Kota Solok dan Kabupaten Solok.




