![]() |
![]() |
DAERAH ASAL
Songket Silungkang Untuk pendaftaran Indikasi Geografis Songket Silungkang, MPIG-SS mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Sawahlunto melalui Surat Rekomendasi Walikota Sawahlunto No:531/66/Koperindag-WL/I/2019.
Kawasan Pembuatan Songket Silungkang telah ditetapkan oleh Walikota Sawahlunto melalui Keputusan Walikota Sawahlunto No. 188.45/115/WAKO-SWL/2019, tanggal 25 Maret 2019, tentang Penetapan Sentra Songket Silungkang Kota Sawahlunto Sentra-sentra tersebut meliputi:
1. Kecamatan Silungkang
2. Kecamatan Lembah Segar
3. Kecamatan Barangin
4. Kecamatan Talawi.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
REPUTASI:
Reputasi Songket Silungkang yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Sawahlunto sebagai kain songket yang bermutu tinggi telah dikenal sejak zaman Belanda sampai saat ini. Berbagai kreasi dalam motif, tata cara dan teknik produksi Songket Silungkang telah dikembangkan oleh masyarakat Kota Sawahlunto. Berbagai penghargaan juga telah diperoleh antara lain berupa:
- Penghargaan Berupa Medali dari Ratu Belgia tahun 1910.
- Piagam Penghargaan Produk, One Village One Product (OVOP) Bintang 3 kepada IKM Aina dan IKM Arena Songket INJ dari Kementerian Perindustrian RI tahun 2015.
- Penghargaan Rekor Muri Pemakai Songket Terbanyak Pada Suatu Kegiatan tahun 2015.
- Piagam Penghargaan Produk, One Village One Product (OVOP) Bintang 4 Arena Songket INJ dari Kementerian Perindustrian RI tahun 2018.
Kemudian mengikuti pameran di tingkat lokal, nasional atau pun internasionali. Songket Silungkang juga merupakan cindera mata utama yang dapat diperoleh dari Kota Sawahlunto.
KARATERISTIK:
Untuk dapat disebut dan menggunakan tanda Indikasi Geografis, Songket Silungkang harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :
- Diproduksi dengan menggunakan alat tenun tradisional gedogan yang dimodifikasi sehingga menjadi lebih ergonomis yang biasa disebut Palantai.
- Bahan dasar Songket Silungkang adalah benang sutra atau benang katun atau viscose rayon atau kombinasinya. Proses pembuatan motif pada Songket Silungkang menggunakan teknik atai (mencukia atai) yaitu mengangkat beberapa benang (paling halus 3 benang) dengan satu benang untuk pengunci sehingga motif Songket Silungkang tidak timbul seperti songket dari daerah-daerah lain tetapi muncul dalam bentuk kotak-kotak kecil yang membentuk motif. Atai inilah yang membuat motif pada Songket Silungkang tersusun dalam satu garis lurus sehingga terlihat rapi dan teratur.
- Pembentukan motif menggunakan benang sutra, benang katun, benang viscose rayon, benang emas, benang perak, benang tembaga atau benang berwarna lainnya.
- Motif yang akan digunakan oleh pemakai songket adalah motif yang terletak di bagian dalam pada proses pembuatan Songket Silungkang.
- Lokasi pembuatan Songket Silungkang di Kota Sawahlunto terletak di Kecamatan Silungkang, Kecamatan Lembah Segar, Kecamatan Barangin dan Kecamatan Talawi.
KUALITAS
Mutu Songket Silungkang ditentukan berdasarkan spesifikasi dan kelas mutu. Spesifikasi dan mutu Songket Silungkang ditentukan dari 4 komponen yaitu, jumlah atai, motif, jenis benang dan pewarna yang digunakan. Uraiannya adalah sebaga berikut:
- Jumlah atai yang digunakan Atai membentuk kotak-kotak kecil yang menjadi pembentuk motif. Semakin halus ukuran atai yang digunakan semakin banyak jumlah atai yang terbentuk dan semakin halus penampakan motif pada Songket Silungkang yang dihasilkan.
- Motif yang digunakan.
Motif yang digunakan dalam produksi Songket Silungkang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok:
- Motif cukia penuh
- Motif asimetris/tidak berulang
- Motif simetris/sederhana
- Motif siriang tinggi
- Motif siriang biasa
- Motif tabur
- Jenis benang yang digunakan Benang yang digunakan saat ini ada 4 jenis yaitu:
- Sutra 100% untuk pakan dan lungsi (diberi kode S, nilai mutu 6)
- Campuran sutra 50% dengan katun 50% baik untuk pakan maupun lungsi (diberi kode SK, nilai mutu 4)
- Katun 100% untuk pakan dan lungsi (diberi kode K, nilai mutu 3)
- Campuran katun 50% untuk lungsi dan Viscose Rayon/ Linen/ setara 50% untuk pakan (diberi kode KV, nilai mutu 2)
4. Jenis pewarnaan yang digunakan Jenis pewarnaan yang digunakan ada 3, yaitu:
- Pewarna alami 100% (diberi kode A, nilai mutu 6)
- Campuran pewarna alami dan pewarna kimia (diberi kode B, nilai mutu 4)
- Pewarna kimia 100% (diberi kode C, nilai mutu 2)
Dari keempat komponen di atas disusun spesifikasi dan tingkat mutu Songket Silungkang.
SPESIFIKASI
Spesifikasi dibuat dan direkatkan pada Songket Silungkang yang dihasilkan, sehingga dapat diketahui dengan jelas komponen pembentuk Songket Silungkang tersebut. Spesifikasi ini akan mempengaruhi tingkat mutu dan juga harga jual Songket Silungkang tersebut. Penyusunan spesifikasi Songket Silungkang dilakukan dengan cara menuliskan keempat komponen di atas dalam rangkaian kode yang berurutan dari komponen ke-1 sampai komponen ke-4.
KELAS MUTU
Kelas mutu Songket Silungkang dipengaruhi oleh spesifikasi yang juga akan mempengaruhi tingkat harga Songket Silungkang tersebut. Secara umum terdapat 4 kelas mutu yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB) dan Sedang (S).

FAKTOR LINGKUNGAN GEOGRAFIS
Munculnya reputasi, kualitas dan karakteristik produk khas wilayah dipengaruhi oleh faktor geografis, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam dan faktor manusia yang mempengaruhi Songket Silungkang adalah sebagai berikut:
FAKTOR ALAM
Peran lingkungan alam terhadap kualitas dan karakteristik Songket Silungkang tidak terlalu menonjol, akan tetapi berpengaruh terhadap bahan baku benang dengan pencelupan pewarna alami. Pencelupan pewarna alami tergantung pada iklim karena berpengaruh pada proses pengeringan benang. Oleh karena itu proses pewarnaan alami umumnya dilakukan pada musim kemarau. Untuk pewarnaan alami biasanya menggunakan bahan pewarna alami yang sedang musim/tersedia pada saat pewarnaan. Misalnya pada musim buah manggis, pengrajin menggunakan kulit manggis sebagai pewarna. Faktor alam memberikan inspirasi bagi para pengrajin Songket Silungkang untuk menciptakan motif Songket Silungkang.
Setiap motif alami yang digunakan mempunyai filosofi tersendiri, diantarannya:
- Pucuak Rabuang (Pucuk Bambu Muda) Maknanya adalah hidup seseorang harus berguna sepanjang waktu, mencontoh falsafah bambu, bambu berguna sejak muda (rebung) sampai tua (bambu).
- Kaluak Paku (Gelung Pakis)
Motif Kaluak Paku dapat ditemukan pada ukiran-ukiran kayu Rumah Gadang, kain Songket Motif, relief candi, batu nisan dan lainnya. Motif yang diilhami tumbuhan pakis (tanaman paku dalam istilah Minangkabau).
Bagi masyarakat Minangkabau, motif kaluak paku melambangkan keindahan dan kedinamisan. Motif Kaluak Paku menyiratkan agar manusia tidak lupa akan kodratnya sebagai disimbolkan tanaman pakis yang pada awal pertumbuhannya, pucuk paku tumbuh melingkar kedalam, kemudian pucuk itu tumbuh lagi keluar. Artinya manusia lebih baik mengenal dirinya terlebih dahulu sebelum bersosialisasi dengan lingkungan.
- Daun Siriah (Daun Sirih)
Maknanya keramah tamahan masyarakat Minangkabau.
- Itiak Pulang Patang (Itik Pulang Sore) Maknanya adalah dalam hidup bermasyarakat haruslah seia sekata, seiring sejalan dan mematuhi aturan yang berlaku dalam masyarakat. Itiak pulang patang menggambarkan kerukunan masyarakat Minangkabau yang hidup dalam tatanan kegotongroyongan yang solid.
- Buruang Dalam Rimbo (Burung Dalam Hutan) Motif Buruang Dalam Rimbo melambangkan keindahan dan kemewahannya. Setiap daerah memiliki pemaknaan tersendiri terhadap motif ini karena dengan segala keindahannya. Buruang dalam rimbo juga dimaknai sebagai simbol kebahagiaan hidup dan keanggunan bagi yang memakainya. Apalagi motif burung dalam rimbo ini langka, karena tidak mudah memproduksinya. Pengerjaannya memakan waktu lama. Motif ini diyakini sudah dikembangkan sejak lama oleh pengrajin Songket Silungkang.
- Tampuak Manggih (Tangkai Manggis)
Manggis selain buahnya dapat dimakan, kulit buah juga mengandung manfaat baik sebagai obat maupun sebagai zat pewarna alami. Pola-pola berupa kembang pada buah manggis juga menjadi sumber ide ragam hias Songket Silungkang. Bahkan motif buah manggis juga terpahat pada relief-relief Candi Prambanan (abad 9 dan 10). Diketahui tanaman manggis tumbuh di berbagai tempat di Indonesia. Sebelum pewarnaan kimia ditemukan, pewarnaan alam, termasuk dari bahan kulit manggis juga dilakukan oleh pengrajin songket Silungkang dan sebagaimana dilakukan penenun tekstil di seluruh Indonesia dan kawasan lain Asia Tenggara. Bentuk motif tampuak manggih terdapat pada
- Saik Galamai (Potongan Dodol Minang) Kalamai, adalah makanan tradisional Minangkabau. Filosofi pengolahan dan penyajian Kalamai menginspirasi ragam hias dan motif di Minangkabau. Saik (potongan) Kalamai berupa potongan-potongan kecil menyerupai jajaran genjang dalam penyajian Kalamai telah menjadi inspirasi pada motif songket masyarakat pengrajin songket khususnya di Silungkang. Saik Kalamai menyiratkan makna untuk hidup hemat dan terencana.
FAKTOR MANUSIA
Perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Silungkang telah dilakukan sejak berabad yang lalu sampai ke negara-negara tetangga seperti India, Malaka, Siam dan lainnya. Di sanalah mereka belajar membuat Songket, yang pada akhirnya ilmu yang mereka peroleh di bawa dan dikembangkan di kampung halaman. Pengetahuan membuat Songket diajarkan kepada ibu-ibu dan kaum wanita di Silungkang dan hasilnya disebut Songket Silungkang.
Pengetahuan dan keterampilan membuat Songket Silungkang menyebar ke wilayah-wilayah sekitarnya yang termasuk dalam Kota Sawahlunto dan menjadi salah satu sumber mata pencaharian pokok masyarakat.
Sawahlunto merupakan wilayah multietnik. Pada masa pertambangan batu bara di zaman penjajahan Belanda banyak pendatang yang datang dan di datangkan dari berbagai daerah di Nusantara, dari pulau Jawa, kelompok etnik Batak, Melayu, Belanda. Meskipun demikian semua berbaur dengan tetap menjadikan adat Minangkabau sebagai dasarnya. Adat basandi sarak, sarak basandi Kitabullah tetap menjadi panutan dan pegangan hidup masyarakatnya. Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Sawahlunto dan kekerabatan yang kuat serta keramahan yang tinggi merupakan ciri masyarakat Sawahlunto khususnya, dan masyarakat Minagkabau pada umumnya.
Wilayah Kota Sawahlunto
Kota SawahluntoKota merupakan kota terbesar keempat setelah Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh.
Mempunyai 4 kecamatan adalah:
- Kecamatan Talawi,
- Kacamatan Barangin,
- Kecamatan Lembah Segar dan
- Kecamatan Silungkang.
Secara administratif, Kota Sawahlunto berbatasan dengan:
- Kabupaten Tanah Datar di sebelah utara
- Kabupaten Sijunjung di sebelah timur
- Kabupaten Solok di sebelah selatan dan barat
Mengingat sejarahnya dan proses pembangunan Kota Sawahlunto serta situs-situs peninggalannya yang masih terpelihara baik, seperti situs lubang tambang Mbah Soero, Gudang Ransum, dan Stasiun Kereta Api, maka pada tahun 2019 ditetapkannya oleh UNESCO Kota Sawahlunto menjadi salah satu Kota Warisan Budaya Dunia. Hal ini berarti bahwa masyarakat Kota Sawahlunto mempunyai kewajiban untuk melestarikan semua peninggalan yang ada dan mendapat peluang untuk memanfaatkan sepenuhnya status tersebut untuk mengembangankan pariwisata, baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Status tersebut juga akan mendorong pengembangan potensi-potensi lainnya di Kota Sawahlunto, termasuk potensi untuk pengembangan Songket Silungkang.
Sejarah Songket Silungkang
Kondisi alam Silungkang yang sempit, berbukit- bukit batu, serta sulit untuk bercocok tanam membuat orang Silungkang harus berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari keadaan itu terlahirlah masyarakat Silungkang yang tangguh, ulet dan berani menghadapi segala tantangan demi kelangsungan kehidupannya.
Berawal dari itulah mulai masyarakat Silungkang mencoba berdagang dan merantau ke luar wilayahnya. Sekitar abad ke-12 dan ke-13 orang Silungkang sudah mulai berdagang mengarungi samudera dan sudah sampai ke semenanjung Malaka bahkan sampai di Patani Siam (Thailand). Di negeri Siam inilah perantau Silungkang dapat belajar membuat songket dan setelah mereka pandai dan mengerti cara membuat songket mereka kembali ke Silungkang. Ilmu membuat songket tersebut mereka ajarkan kepada kaum ibu di Silungkang dan semenjak itu mulailah beberapa orang wanita Silungkang membuat songket. Perkembangan Songket Silungkang mengalami pasang surut dalam periode-periode sebagai berikut:
Periode 1340-1375
Pada periode ini pembuatan Songket Silungkang telah mulai tumbuh dan berkembang menjadi sumber ekonomi masyarakat. Pada waktu itu kerajaan Pagaruyung sedang berada pada puncak kejayaannya, tentu saja sebagian pakaian kebesaran Raja dan Dewan Kerajaan telah terbuat dari Songket Silungkang sebagai salah satu nagari yang mempunyai kepandaian membuat songket ikut membuat songket kebesaran raja Pagaruyung, pembesar kerajaan serta kain kebesaran pangulu di Nagari-Nagari Minangkabau. Ikat pinggang (Cawat) kebesaran pangulu dan Dewan Istana dibuat di Nagari Pitala.
Karena banyaknya pesanan dari istana dan pangulu maka di tahun 1340-1375 pembuatan songket di Silungkang berkembang dengan baik. Hampir setiap rumah di Silungkang saat itu membuat kain songket. Alat yang dipakai di masa itu masih memakai alat yang sangat tradisional yaitu benang hanya direntangkan untuk satu lembar kain lalu dibuat dengan memasukkan satu lembar benang, dan digedog dengan sebatang kayu. Pada sekitar awal tahun 1400 perantau Silungkang banyak yang merantau ke Tanah Jawa, Malaka bahkan sampai Campa dan Patani di kerajaan Tenggang di Thailand sekarang. Perantau Silungkang yang pulang dari Malaka, Negeri Sembilan dan Patani membawa kain-kain songket hasil dari pengrajin di sana untuk dijadikan contoh. Mereka juga membawa teknik pembuatan songket beserta alat tenun itu sendiri antara lain dari Negeri Sembilan. Di Silungkang alat pembuat songket tersebut dicontoh dan dibuat lebih banyak. Teknik membuat songket dan motifnya juga ditiru karena pada waktu itu alat membuat songket, cara membuat songket dan hasil tenunan dari Negeri Sembilan lebih baik dan lebih maju ketimbang Silungkang. Sejak itu kegiatan membuat songket semakin bertambah dan semakin meningkat di Silungkang. Diperkirakan pada sekitar tahun 1850 Belanda mulai memperkenalkan benang impor untuk pembuatan songket. Penggunaan celup/pewarna kimia
di Silungkang kemungkinan mulai dipakai pada sekitar tahun 1900; meskipun demikian penggunaan celup/pewarna alami masih tetapi juga digunakan sampai saat ini.
Periode 1375-1620 M
Pada periode ini songket Silungkang mengalami peningkatan dan terus bertambah maju. Songket Silungkang sudah mulai diproduksi dengan menggunakan berbagai motif dan corak. Selain pesanan dari istana masyarakat Silungkang juga memasarkan produknya sampai ke Jambi, Riau, Malaka dan tanah Jawa. Sejak tahun 1620 perkembangan dan produksi songket mulai menurun seiring dengan menurunnya pendapatan penduduk, karena Belanda dan Inggris memperketat izin keluar masuknya barang dan orang ke Malaka (Malaysia sekarang).
Periode 1620-1900 M
Selama 2.5 abad lamanya, produksi Songket Silungkang tidak mengalami kemajuan yang berarti karena tekanan-tekanan dari pihak Belanda. Tahun 1717 Baginda Ali orang Dalimo Singkek merantau ke Malaka melalui Taluak Kuantan. Sepulangnya dari Malaka, beliau membawa pulang seperangkat alat pembuat songket yang lebih baik dan lebih maju, karena peralatan itu selain lebih maju juga sesuai dengan kondisi orang Silungkang.
Periode 1900 – 1960 M
Pada tahun 1900an Belanda mulai melirik Songket Silungkang. Belanda mulai menyediakan bahan baku untuk pertenunan seperti benang yang didatangkan dari berbagai negeri seperti Jepang, Inggris dan Tiongkok. Belanda juga memodifikasi alat-alat yang ada menjadi seperti yang dipakai sekarang. Pada tahun 1910 dua orang Silungkang dibawa oleh Gubernur General Vanderbergstroom untuk pameran songket di Brussel Belgia dan mendapat penghargaan berupa medali dari Ratu Belgia.
Proses Produksi, Alat dan Bahan Songket Silungkang
- Proses Produksi
Tahapannya adalah sebagai berikut:
- Pembelian Benang
Pengrajin Songket Silungkang menentukan jenis benang lusi yang akan digunakan, yaitu benang yang telah diberi warna secara kimia oleh pemberi warna kimia atau membeli benang putih yang akan diberi warna alami oleh pengrajin pewarna alami. Jenis benang lusi yang akan digunakan bervariasi jenisnya, benang sutra, benang katun atau benang viscose rayon atau linen. Apabila benang lusi yang akan digunakan tidak memerlukan proses pewarnaan lagi, maka benang lusi dibawa ke kelompok penghanian untuk digulung ke bumbung bambu menggunakan alat yang disebut kincia yang kemudian akan disusun di rak dan diproses melalui alat penghanian menjadi bun atau gulungan benang yang siap untuk dipasang ke pelantai. Apabila benang lusi masih memerlukan pewarnaan, maka benang akan dibawa ke pemberi warna alami untuk diwarnai sesuai keinginan pengrajin Songket Silungkang.
- Pewarnaan Alami
Proses pemberian warna dilakukan sesuai warna yang diinginkan oleh pengrajin Songket Silungkang dengan menggunakan bahan-bahan alami yang telah dikenal oleh pengrajin pewarna alami. Bahan pewarna alami dapat berupa kayu surian, kulit manggis, kayu nangka dan sebagainya.
- Penggulungan Benang dan Penghanian
Benang lusi yang telah diwarnai atau benang berwarna untuk lusi digulung ke bumbung bambu menggunakan kincia (kincir) dan selanjutnya disusun di rak. Benang dari bumbung-bumbung dirak kemudian dimasukkan ke dalam sikek, lalu benang digulung ke tambur dan selanjutnya dari tambur dipindahkan ke bun.
- Pembuatan Atai, Motif dan Rekaman
Motif Benang lusi yang telah digulung dalam bun, selanjutnya dipasang pada palantai dan dibuatkan atai, motif dan rekaman motifnya. Atai adalah mengikat benang sesuai ukuran atai yang diinginkan untuk menghasilkan kotak-kotak pembentuk motif, semakin kecil ukuran atai, semakin halus kotak-kotak yang dihasilkan. Pembuatan motif adalah membuat hitungan kotak-kotak yang telah dibatasi atai sesuai dengan contoh pola yang sudah ada atau pola yang diinginkan.
- Pembuatan Songket Silungkang
Setelah keempat tahapan di atas siap, maka pengrajin mulai melakukan pembuatan Songket Silungkang sesuai dengan motif yang diinginkan.
Label Songket Silungkang
Label Songket Silungkang terdiri dari Tanda IG Songket Silungkang serta Spesifikasi dan Kelas Mutu. Tanda IG Songket Silungkang terdiri dari Nama IG, Logo IG dan Kode Keterunutan.
Bentuk, gambar dan warna pada logo IG Songket Silungkang memiliki makna sebagai berikut:
Motif Pucuak Rabuang
Merupakan motif sakral bagi masyarakat Minangkabau yang melambangkan: harapan baik.
Rebung adalah anak bambu yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin badai yang melambangkan sifat masyarakat Silungkang yang tidak mudah menyerah pada keadaan. Evolusi bambu dari muda hingga tua yang melambangkan proses kehidupan manusia menuju pribadi yang bermanfaat.
Puncaknya usia bambu mengeluarkan bunga mencerminkan kematangan usia. Ketika bambu telah mencapai pertumbuhan maksimal maka pucuknya akan merunduk melambangkan masyarakat Silungkang yang semakin berilmu semakin rendah hati atau dengan kata lain tidak sombong.
Kombinasi Daun Siriah dan Bungo Tanjuang
Daun siriah memiliki fungsi simbolis yang penting pada acara perkawinan, perundingan dan untuk menyambut tamu, melambangkan keramahtamahan masyarakat di kenagarian Silungkang dan bungo tanjuang melambangkan ucapan selamat datang.
Warna Merah
Warna merah pada Songket Silungkang melambangkan kemakmuran dan kejayaan merupakan warna umum yang buat pengrajin Songket Silungkang, merupakan warna yang paling kuat dan dominan yang menunjukan semangat dan energi ketegaran.
Warna Emas
Warna emas pada tulisan Songket Silungkang menandakan kemakmuran dan keagungan.
![]() |
![]() |
DAERAH ASAL
Nagari Pandai Sikek merupakan salah satu Nagari yang berada di wilayah Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.
Nagari Pandai Sikek berbatas:
Sebelah Barat dengan Gunung Singgalang; Sebelah Timur dengan Nagari Koto Baru dan Nagari Aie Angek, Kabupaten Tanah Datar; Sebelah Selatan dengan Nagari Koto Laweh Kabupaten, Tanah Datar; Sebelah Utara dengan Nagari Padang Laweh, Kabupaten Agam.
Nagari Pandai Sikek mempunyai iklim sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi dan sangat potensi untuk daerah pertanian, perkebunan, dan perikanan. Mata pencarian masyarakat Nagari Pandai Sikek pada umumnya adalah petani. Nagari Pandai Sikek juga terkenal sebagai Nagari Kerajinan Songket dan Ukiran. Nagari Pandai Sikek masih menjunjung tinggi pelaksanaan dan pengamalan Adat Salingka Nagari, dengan Falsafah ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
Wilayah Indikasi Geografis Songket Pandai Sikek diproduksi di 4 jorong yaitu:
1. Jorong Baruah
2. Jorong Pagu Pagu
3. Jorong Tanjuang
4. Jorong Koto Tinggi
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
REPUTASI:
Reputasi Songket Pandai Sikek yang dihasilkan oleh masyarakat Nagari Pandai Sikek telah dikenal sejak dulunya dan mempunyai kualitas mutu yang tinggi sampai saat ini dan juga telah di kenal di mancanegara karena pemasaran Kain Songket telah ke luar negeri. Selain itu untuk motif sendiri pun Para pengrajin telah bisa membuat motif sesuai dengan pesanan yang di inginkan oleh konsumen atau bisa di katakana bahwa untuk motif pengrajin telah berkreasi, tata cara dan teknik produksi songket Pandai Sikek pun telah dikembangkan.
KARATERISTIK:
- Diproduksi dengan menggunakan alat tenun tradisional yang biasa disebut dengan PANTA atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang merupakan PANTA Tradisional yang telah di modifikasi.
- Pembentukan motif menggunakan teknik cukie, teknik rajuik, dan menggunakan kartu yang telah menyimpan motif dimana digunakan pada Panta yang telah dimodifikasi (ATBM).
- Disetiap tepi kain songket wajib atau harus dibatasi dengan 3 (tiga) motif yaitu: Motif Batang Pinang, Motif Bayam dan Motif Saluak Laka.
- Antara Pucuak (kepala songket atau tumpal) dengan motif badan songket (motif inti) dibatasi dengan Cukie Kaluak.
- Lokasi pembuatan Songket Pandai Sikek di Sumatera Barat terletak di Kenagarian Pandai Sikek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.
Kualitas selain dipengaruhi oleh faktor alam dan manusianya, juga memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam motif yang harus ada di setiap lembaran tenunan yaitu:
- Batang Pinang yang mempunyai filosofi kita sebagai manusia harus bersifat jujur, dapat dilihat tumbuhnya sebatang pinang lurus keatas dan merupakan tumbuhan yang tidak bercabang. Begitu juga untuk songket sendiri kita harus jujur dalam menjelaskan bagaimana kualitas barang tersebut.
- Atua Bayam (Anyaman) mempunyai filosofi Sesutu perkerjaan tersebut harus dilakukan dengan secara teliti dan rapi, dimana anyaman akan terlihat bagus jika anyaman tersebut rapat dan begitu juga dengan songket pandai sikek sendiri kualitas dapat dilihat dari rapatnya atau padatnya suatu tenunan. Selain itu anyaman dengan kain mengaitkat yang satu dengan yang lainnya, begitulah kehidupan manusia sendiri kita pasti saling membutuhan satu sama lain untuk maju.
- Saluak Laka, Laka adalah alas periuk yang terbuat dari anyaman lidi atau rotan yang berbentuk bundar seperti piring. Saluak bererti kait atau jalinan. Saluak Laka merupakan Jalinan lidi atau jalinan rotan yang sangat kuat. Motif ini melambangkan sistem keakraban kehidupan masyarakat yang jalinan kekerabatan sangat erat dalam menggalang kekuatan untuk mendukung tanggung jawab yang sangat besar.
KUALITAS
Kulaitas Songket Pandai Sikek selain dipengaruhi oleh faktor alam dan manusianya ditentukan dari 3 komponen yaitu, tuhuak, motif, dan jenis bahan yang digunakan. Uraiannya adalah sebagi berikut:
- Jumlah Tuhuak yang digunakan;
Tuhuak membentuk kotak – kotak kecil yang menjadi pembentuk motif. Semakin halus ukuran tuhuak yang digunakan semakin banyak jumlah tuhuak yang terbentuk dan semakin halus penampakan motif pada tenunan songket Pandai Sikek yang dihasilkan. Tedapat 5 jenis tuhuak yang digunakan dalam produksi Tenunan Songket Pandai Sikek.
- Motif yang digunakan;
Motif yang digunakan dalam produksi Tenunan Songket Pandai Sikek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
- Motif balapak penuh
- Motif Catua Balapak
- Motif bacatua/ motif tabur.
Motif yang tergambar dari susunan Benang membentuk gambar yang sangat indah, mempunyai Nilai Seni dan Norma Adat yang sangat tinggi. Motif Songket Pandai Sikek diperkirakan berjumlah + 250 buah motif, baik motif tradisional maupun motif terkini. Motif dalam satu helai kain ada yang memuat 30 sampai 50 buah motif.
- Jenis Bahan
Untuk jenis bahan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori:
- Benang Lungsi (Benang yang terbentang) Benang lungsi yang biasa di pakai dalam pembuatan songket bisa terdiri dari Benang sutra ataupun Benang Katun.
- Benang Pakan (Benang yang digunakan pembuatan warna dasar kain) Benang pakan dalam pembuatan songket juga dapat mengunakan benang Sutra, Katun, Viscos.
- Benang Makauh (Benang yang digunakan dalam pembuatan motif pada kain songket) Untuk benang Makauh sendri juga dapat mengunakan benang sutra, katun, viscos.
- Kelas Mutu
Dalam menentukan kualitas mutu kain songket, MPIG membaginya menjadi beberapa kriteria yaitu:
- Super Premium
- Premium
- Standar
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
FAKTOR ALAM
Faktor alam tidak sangat berpengaruh pada Songket Pandai Sikek namun faktor alam dapat menjadi inspirasi dalam pembuatan motif songket. Motif Songket Pandai Sikek melukiskan kehidupan alam sekitar Nagari Pandai Sikek baik Flora maupun Fauna, sesuai dengan pepatah Minangkabau ALAM TAKAMBANG JADI GURU. Setiap motif mempunyai makna, sesuai dengan pesan-pesan yang diajarkan dalam Norma Adat seperti:
- Motif Itiak Pulang Patang (Fauna);
Mencerminkan tingkah laku kekompakan masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari – hari.
- Motif Pucuak Rabuang (Flora);
Bermakna sikap manusia yang terbentuk dalam berbagai tahap/masa (yang awalnya kecil – Rebung dan setelah dewasa – Bambu) dimana setiap masa, manusia diharapkan harus bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan
- Motif Saik Galamai (Makanan/Panganan Khas Nagari Pandai Sikek);
Potensi Alam dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, paduan beras ketan dengan gula jawa /saka menjadi makanan yang enak dan symbol dalam acara adat.
FAKTOR MANUSIA
Faktor Manusia sangat berpengaruh terhadap Songket Pandai Sikek karena keahlian yang diperoleh secara turun menurun dari nenek moyang masyarakat Pandai Sikek.
![]() |
![]() |
Daerah Asal - Bareh Solok dihasilkan dari padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro yang ditanam di lima kecamatan di Kabupaten Solok, yaitu di Kecamatan Kubung, Lembang Jaya, X Koto Singkarak, Bukit Sundi dan Gunung Talang, serta di dua Kecamatan di Kota Solok, yaitu di Kecamatan Tanjung Harapan dan Lubuk Sikarah. Seluruh wilayah pertanaman padi penghasil Bareh Solok terletak pada ketinggian 390-900 m dpl. Bareh Solok dikenal sebagai beras yang berwarna putih dan menghasilkan nasi yang pulen sampai pera, lembut, memiliki rasa yang manis dan enak serta tidak mudah .basi
REPUTASI
Nama barang yang didaftarkan adalah Beras. Produk Bareh Solok yang dihasilkan saat ini adalah Beras Putih. Bareh Solok dihasilkan dari tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro yang dibudidayakan dan diproses menjadi beras di 5 kecamatan di Kabupaten Solok, yaitu di Kecamatan Kubung, Lembang Jaya, X Koto Singkarak, Bukit Sundi dan Gunung Talang, serta di 2 kecamatan di Kota Solok, yaitu di Kecamatan Tanjung Harapan dan Lubuk Sikarah.
![]() |
![]() |
KARATERSITIK
Karakterisitik dan kualitas Bareh Solok dikenali berdasarkan deskripsi varietas dan hasil pengujian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat di Solok, Universitas Andalas di Padang dan PT. Saraswanti Indo Genetech di Bogor, terhadap ciri dan kualitas fisik serta ciri dan kualitas kandungan Gizi Bareh Solok dari setiap varietasnya.
Sifat Organoleptik Bareh Solok diperoleh dari penilaian umum konsumen Bareh Solok di Kota dan Kabupaten Solok. Sifat Fisik dan Kandungan Gizi diperoleh dari data Umum Deskripsi Varietas Tanaman Pangan yang diterbikan oleh UPTD BPSB Sumatera Barat dan dari hasil analisis oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat di Solok serta Laboratorium Pengujian BB Padi Balai Besar Pengujian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Sifat Organoleptik
Secara Organoleptik Bareh Solok dikenal oleh masyarakat Solok dan Sumatera Barat memiliki ciri dan kualitas nasi yang Pulen sampai pera, memiliki rasa yang manis dan enak serta tidak mudah basi.
Sifat Fisik
Informasi sifat umum gabah dan beras dari varietas Cisokan dan varietas Anak Daro diperoleh dari Deskripsi Varietas Tanaman Pangan yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Barat (BPSB-Sumbar).
Ringkasan sifat Fisik gabah dan Bareh Solok dari tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro yang diambil dari wilayah penghasil Bareh Solok dan dari gabah dan beras yang berasal dari bukan wilayah penghasil Bareh Solok dari hasil analisis Balai Pengkajian Tanaman Pangan Sumatera Barat di Solok.
Analisis lengkap sifat fisik Gabah dan Bareh Solok dari tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro dari wilayah penghasil Bareh Solok dan bukan dari wilayah penghasil Bareh Solok yang dianalisis oleh Balai Pengkajian Teknologi Tanaman Pangan Sumatera Barat di Solok dan Saraswanti Indo Genetech di Bogor.
Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok sebagai berikut:
- Butir Mengapur pada Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok lebih rendah dibandingkan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok. Rendahnya kadar Butir Mengapur dan Butir Kuning pada Bareh Solok disebabkan tingginya kadar amilopektin pada Bareh Solok dibandingkan pada Bukan Bareh Solok.
- Butir Kepala pada Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok lebih tinggi dibandingkan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis areal pertanaman padi yang mempengaruhi ketersediaan Sumber Hara Tanah yang mempengaruhi proses pengisian kantong padi. Pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok ketersediaan Sumber Daya Hara sebagai sumber nutrient lebih tinggi dibanding wilayah pertanaman padi bukan Bareh Solok, karena wilayah pertanaman padi Bareh Solok berada pada kawasan gunung berapi Talang yang terus mengeluarkan debu vulkaniknya sehingga memperkaya Sumber Daya Hara pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok.
- Butir Menir dan Butir Kuning pada Cisokan Bareh Solok dan Anak Daro Bareh Solok lebih rendah dibandingkan dengan Cisokan bukan Bareh Solok dan Anak Daro bukan Bareh Solok. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis areal pertanaman padi yang mempengaruhi ketersediaan Sumber Hara Tanah yang mempengaruhi proses pengisian kantong padi. Pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok ketersediaan Sumber Daya Hara sebagai sumber nutrient lebih tinggi disbanding wilayah pertanaman padi bukan Bareh Solok, karena wilayah pertanaman padi Bareh Solok berada pada kawasan Gunung Talang yang terus mengeluarkan debu vulkaniknya sehingga memperkaya Sumber Daya Hara pada wilayah pertanaman padi Bareh Solok.
Zat lain yang terdapat dalam beras adalah kandungan Amilosa, Amilosa pada beras akan mempengaruhi tekstur nasi yang dihasilkan. Kadar amilosa, beras diklasifikasikan menjadi ketan atau beras dengan kandungan amilosa sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa Bareh Solok termasuk beras yang beramilosa sedang sampai tinggi, maka pulen dan peranya nasi beras Bareh Solok disebabkan kandungan amilosanya yang sedang sampai tinggi.
Bareh Solok dari varietas Cisokan memiliki kandungan Amilosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras Indikasi Geografis lain seperti Beras Raja Uncak dan Beras Adan Krayan, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan Beras Pandanwangi Cianjur.
Bareh Solok termasuk kategori pulen. Bareh Solok yang berasal dari varietas Anak Daro memiliki kandungan Amilosa yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras Indikasi Geografis lain seperti Beras Raja Uncak dan Beras Adan Krayan, tetapi setara dengan Beras Pandanwangi Cianjur. Bareh Solok termasuk kategori pera. Dengan demikian maka Bareh Solok yang berasal dari varietas Cisokan dan varietas Anak Daro termasuk kategori beras pulen sampai pera.

LINGKUNGAN GEOGRAFIS
Faktor Alam dan Faktor Manusia mempengaruhi kemunculan ciri dan kualitas Bareh Solok adalah sebagai berikut:
Sejarah dan Kondisi Umum
Sejarah Wilayah Solok Wilayah Solok sebagai penghasil Bareh Solok saat ini terdiri dari Kabupaten Solok dan Kota Solok. Wilayah ini terletak di Provinsi Sumatera Barat. Menurut uraian para tetua dalam buku Bunga Rampai 1 Abad Kabupaten Solok, salah satu versi menyatakan bahwa kata Solok berasal dari sebutan oleh ninik mamak pada suatu wilayah yang elok. Mereka menyebutnya sebagai saelok-elok tampek, yang berarti tempat yang terbaik. Tempat tersebut terletak di tepi air yang berbelok-belok. Ditempat itulah kemudian mereka tinggal, membuka lahan, bercocok tanam, mendirikan peradaban dengan membentuk pola dan aturan hidup berkelompok, berkembang dan menjadi satu kesatuan masyarakat.
Hikayat atau tambo tradisonal Minangkabau menyebutkan bahwa nenek moyang orang Solok datang dari berbagai daerah pada waktu yang berbeda. Sebagian besar masyarakat Solok diperkirakan berasal dari Luhak Tanah Datar, sisanya datang dari Kerinci dan daerah-daerah di kawasan Selatan, seperti Jambi dan Sumatera Selatan. Kajian yang lebih mendalam memperkirakan pemukim pertama di wilayah Solok adalah berasal dari Pariangan Padang Panjang dan mendiami wilayah Kubung Tigo Baleh dan sekitarnya. Dari daerah ini mereka terus menyebar ke Selatan sampai ke wilayah Sungai Pagu dan Sangir. Pemukim kedua diperkirakan datang dari Batu Sangkar, yang sebelumnya juga berasal dari Pariangan, dan menjadi pemukim di wilayah X Koto Diateh. Pemukim ketiga juga berasal dari Batu Sangkar yang setelah melewati Sijunjung dan Sungai Dareh mendiami kawasan sekitar Sangir. Kelompok pemukim lainnya adalah kelompok yang berasal dari Jambi dan Sumatera Selatan yang bermukim di wilayah Payung Sekaki, Aia Luo, Kipek, Supayang dan Sungai Durian.
Tambo lainnya mengatakan bahwa wilayah Solok dahulu dikenal sebagai Kubuang Tigo Baleh yang merupakan bagian dari Luhak Tanah Datar. Daerah ini tidak merupakan daerah yang harus membayar upeti, tetapi merupakan daerah yang menerima upeti dari daerah pesisirnya yang sekarang termasuk dalam wilayah Kabupaten Solok Selatan, Padang Luar Kota dan sebagian daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Nama Kubuang Tigo Baleh berasal dari datangnya 73 orang dari Luhak Tanah Datar ke wilayah ini. Diperkirakan rombongan tersebut dipimpin oleh Datuk Perpatih nan Sabatang yang meninggalkan Kerajaan Pagaruyung karena ketidak sesuaian paham dengan Aditiawarman yang menjadi Raja di Kerajaan Pagaruyung (Minangkabau), 13 orang dari rombongan tersebut tinggal di wilayah ini mendirikan pemukiman di wilayah Solok, 60 orang lainnya meneruskan perjalanan ke Lembah Gumanti, Surian dan Muara Labuh. Dari ketiga belas anggota rombongan yang menetap itulah muncul nama Kubuang Tigo Baleh.
Asal usul penduduk Solok yang berasal dari orang-orang yang berpindah tempat karena berbagai penyebab, memberikan pengaruh kapada karakter, sistem sosial budaya dan sistem politik masyarakat. Penduduk Solok cenderung menjadi masyarakat yang dinamis, memiliki mobilitas yang tinggi dengan karakter yang tegas dan keras. Sampai berakhirnya perang Paderi tahun 1837, nama Solok masih beum terdengar. Nama Solok mulai tercatat pada tanggal 9 April 1913 sebagai nama wilayah adminsitratif kepemerintahan yang dituangkan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1913 No. 321. Sebelumnya wilayah ini masuk dalam Districten Minangkabau. Selain perang Paderi di wilayah Solok juga terjadi beberapa perang besar terhadap kekuasaan Belanda, antara lain di wilayah Kubung pada tahun 1840- 1842. Pada tahun 1927 juga tercatat perang besar yang dikenal dengan nama Perang Silungkang. Wilayah Solok juga merupakan daerah utama tanam paksa kopi oleh Belanda.
Kondisi Umum Kabupaten dan Kota Solok Berdasarkan kesepakatan ninik mamak orang Solok, wilayah Solok dinyatakan terbentuk pada tanggal 9 April 1813, dimana pada tanggal tersebut untuk pertama kalinya nama Solok disebut dan digunakan sebagai nama unit administrasi wilayah setingkat Kabupaten pada masa pemerintahan kolonial Belanda, yaitu sebagai afdeeling Solok berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Belanda yang termuat dalam Staatsblad van Nederlansch-Indie 1913 no. 321. Secara legal formil dalam Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Solok dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah.
Undang-Undang No. 8 tahun 1956 menetapkan Kota Solok sebagai kota kecil. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1970 ditetapkan Kota Solok sebagai daerah otonom Pemerintah Tingkat II Kotamadya Solok. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan sebagai Pemerintah Tingkat II Kota Solok.
Secara geografis Kabupaten Solok terletak antara 00° 32’-01° 42’ Lintang Selatan dan 100° 25’- 101° 41’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Solok adalah berupa daratan seluas 3.738 km2 dan berupa perairan pada sebagian Danau Singkarak seluas 129,70 km2.
Wilayah Kabupaten Solok merupakan daerah yang berbentuk dataran, berbukit dan bergunung dengan ketinggian dari 349m sampai sekitar 1.458mdpl. Kabupaten ini memiliki satu gunung yang masih aktif yaitu Gunung Talang dengan ketinggian sekitar 2.572m, memiliki 4 danau yaitu Danau Diatas dengan luas sekitar 17,20 km2, Danau Dibawah dengan luas sekitar 18,90 km2, Danau Talang dengan luas sekitar 1,30 km2 dan Danau Singkarak dengan luas sekitar 129,70 km2
Kabupaten Solok berbatasan pada bagian:
- Utara dengan Kabupaten Tanah Datar,
- Selatan dengan Kabupaten Solok Selatan,
- Barat dengan Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan,
- Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung.
Kota Solok secara geografis terletak antara 0° 44’28”- 0° 49’12” Lintang Selatan dan 100° 32’42”-100° 41’12” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Solok adalah berupa daratan seluas 57,64 km2, di simpul jalan lintas Sumatera dengan jarak sekitar 64 km ke Kota Padang, sekitar 54 km ke kota Padang Panjang, 66 km ke Kota Batusangkar dan sekitar 31 km ke Kota Sawahlunto.
Wilayah Kota Solok merupakan daerah yang berbentuk dataran dan berbukit dengan ketinggian sekitar 390m dpl.
Kota Solok berbatasan pada bagian:
- Utara dengan Kabupaten Solok
- Selatan dengan Kabupaten Solok
- Barat dengan Kota Padang
- Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
Kawasan Produksi Bareh Solok
Produk Indikasi Geografis Bareh Solok saat ini dihasilkan di 7 (tujuh) wilayah kecamatan yang terdiri dari 5 (lima) Kecamatan di Kabupaten Solok yaitu:
- Kecamatan Talang,
- Kecamatan Kubung,
- Kecamatan Lembang Jaya,
- Kecamatan X Koto Singkarak
- Kecamatan Bukit Sundi
2 (dua) kecamatan di Kota Solok yaitu:
- Kecamatan Tanjung Harapan dan
- Kecamatan Lubuk Sikarah.
Dimana wilayah Indikasi Geografis budidaya Bareh Solok masih memungkin untuk bertambah dimasa yang akan datang seiring dengan bertambahnya anggota kelompok yang saat ini belum bergabung dalam MPIG Bareh Solok. Wilayah budidaya Bareh Solok berada pada ketinggian antara 390 - 900 m dpl.
Faktor Alam
Faktor alam yang mempengaruhi ciri dan kualitas Bareh Solok yang dihasilkan, antara lain adalah faktor tanaman, faktor tanah dan faktor iklim. Berikut adalah informasi tentang faktor-faktor tersebut, tanpa analisis keterkaitan antar faktor-faktor tersebut.
Faktor Tanaman
Tanaman padi yang menjadi sumber Bareh Solok termasuk dalam golongan padi cere atau padi indica, yang ditanam di sawah. Varietas tanaman padi yang dapat menghasilkan Bareh Solok adalah varietas Cisokan dan varietas Anak Daro.
Faktor Iklim
Faktor iklim yang dominan pengaruhnya pada tanaman adalah curah hujan (CH) yang diukur dalam satuan mm, dan hari hujan (HH) yang diukur dalam satuan hari.
Faktor Tanah
Faktor tanah memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan kualitas produk yang dihasilkan tanaman. Kondisi tanah dapat dikenali dari Analisis Fisik dan Analisis Kimia. Untuk mengetahui kondisi tanah lokasi pertanaman Bareh Solok di wilayah Kota dan Kabupaten Solok yang juga kelak akan bermanfaat antara lain untuk pengaturan pemberian pupuk, telah dilakukan uji pada 3 contoh tanah komposit yang berasal dari:
- Dataran dengan ketinggian rendah, yaitu sekitar 350 m dpl, yaitu dari Kecamatan Tanjung Harapan, Kecamatan Lubuk Sikarah, dan Kecamatan X Koto Singkarak,
- Dataran dengan ketinggian sedang, yaitu sekitar 500-600 m dpl, yaitu dari Kecamatan Kubung dan Kecamatan Bukit Sundi, dan
- Dataran dengan ketinggian tinggi, yaitu sekitar 700-800 m dpl, yaitu dari Kecamatan Gunung Talang dan Kecamatan Lembang Jaya
Faktor Manusia
Faktor manusia yang memiliki pengaruh timbal balik terhadap ciri dan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh masyarakat antara lain adalah aspek sosial budaya dan ekonomi. Pengaruh kedua aspek tersebut bagi Bareh Solok disampaikan pada uraian berikut.
Aspek Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya masyarakat Solok adalah merupakan bagian dari system social budaya masyarakat Minangkabau. Dengan mempelajari secara seksama pepatah-pepatah adat Minang serta fakta-fakta yang hidup dalam masyarakat seperti misalnya yang berkaitan dengan perkawinan, sistem kekerabatan, kedudukan harta pusaka tinggi, peranan mamak dan penghulu, akan terlihat sistem dan konsep hidup dan kehidupan yang ada dalam sistem sosial budaya masyarakat Minangkabau. Khususnya terkait dengan padi dan dengan tujuan hidup, terdapat pemahaman yang dikenal dengan Bumi Sanang Padi Manjadi Taranak Bakambang Biak. Pemahaman tersebut memiliki makna alam terpelihara, padi subur dan ternak berkembang biak.
Menurut adat Minangkabau, kondisi masyarakat yang diidamkan adalah masyarakat yang aman damai makmur ceria dan berkah. Harapan tersebut sejalan dengan kondisi masyarakat yang diinginkan terwujud dalam ajaran Islam yang dianut oleh hampir seluruh masyarakat Minangkabau, yaitu “Baldhatun thaiyibatun wa robbun gafuur”. Masyarakat yang aman damai dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Kehidupan kekerabatan masyarakat Solok mengikuti garis keturunan ibu atau disebut garis “matrilineal”. Dalam system ini ibu memegang peranan penting dalam pendidikan, pengamanan harta dan kekayaan serta kesejahteraan keluarga. Karena itu dikenal adanya harta pusako tinggi yang merupakan harta turun temurun dan boleh dipakai apabila “ado rumah gadang katirisan, maik tabujua di tangah rumah, gadih gadang alun bersuami”. Artinya adalah harta pusako tinggi boleh dipakai bila terjadi rumah gadang rusak, ada mayat keluarga yang tidak terurus sebagaimana mestinya atau ada anak gadis yang sudah dewasa tetapi masih belum bersuami. Harta pusako tinggi turun warisnya melalui garis keturunan ibu, sedangkan harta pusako rendah dibagi sesuai hukum Islam. Harta pusako tinggi itu antara lain adalah harta yang sudah turun temurun, sedangkan yang termasuk harta pusako rendah adalah harta hasil pencarian suami istri.
Aspek Ekonomi
Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat erat berkaitan dengan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Kota Solok dan di Kabupaten Solok. Semakin luas kepemilikan sawah, tentunya akan memberikan pendapatan yang lebih banyak bagi pemilik sawah dan keluarganya. Penanaman padi umumnya dilakukan 6 kali dengan 5 kali panen dalam 2 tahun dengan produktifitas rata-rata di Kota Solok dan di Kabupaten Solok sekitar 6 ton gabah kering panen/ha/musim tanam. Dengan tingkat produksi tersebut berarti dari setiap hektar pertanaman padi Bareh Solok, petani memperoleh pendapatan kotor sekitar Rp 36.000.000/ ha/musim tanam atau sekitar Rp 180.000.000/2 tahun, atau sekitar Rp 7.500.000/bulan.
Sejarah Padi dan Beras di Solok
Tanaman padi diperkirakan berasal dari wilayah Asia dan Asia Selatan yang dianggap sebagai daerah asal tanaman padi. Fosil padi ditemukan di Uttar Pradesh India dari sekitar 100-500 tahun SM. Catatan dari Zhejiang (China) memperlihatkan bahwa padi sudah di budidayakan sejak 3.000 tahun SM di China. Dari wilayah asalnya tersebut tanaman padi menyebar ke seluruh dunia, khususnya ke daerah-daerah yang beriklim tropis. Tanaman padi yang tumbuh dan berkembang di wilayah Solok telah disesuaikan dengan selera masyarakat Minangkabau yang menyukai beras yang pera. Di wilayah Kota Solok dan Kabupaten Solok berkembang berbagai varietas tanaman padi jenis cere yang merupakan cikal bakal varietas tanaman padi penghasil Bareh Solok, yaitu varietas Anak Daro. Varietas Anak Daro diperkenalkan kepada masyarakat melalui SK. Menteri Pertanian No. 73/KPTS/SR.120/2/2007 tanggal 7 Februari 2007.
Tanaman padi varietas Cisokan mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui SK. Menteri Pertanian No 548/Kpts/TP.240/8/1985, tanggal 5 Agustus 1985. Varietas Cisokan adalah varietas tanaman padi yang didatangkan dari luar wilayah Solok. Varietas Cisokan saat ini merupakan varietas tanaman padi yang paling banyak ditanam di wilayah Solok. Tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro banyak juga dibudidayakan di luar wilayah Solok, tetapi ciri dan kualitas beras dan nasi yang dihasilkan berbeda dengan Bareh Solok. Hal tersebut memperlihatkan bahwa selain pengaruh varietas, pengaruh lingkungan juga sangat kuat dalam menghasilkan Bareh Solok.
Proses Produksi Bareh Solok
Proses produksi Bareh Solok memiliki beberapa tahapan, yaitu tahapan budidaya termasuk pengolahan tanahnya, tahapan panen dan pasca panen, tahapan pengolahan, pengemasan dan penyimpanan, serta tahapan pemasaran. Uraian setiap tahapan terdapat pada tulisan berikut:
Budidaya
Budidaya tanaman padi varietas Cisokan dan varietas Anak Daro penghasil Bareh Solok harus dilakukan di wilayah 7 Kecamatan penghasil Bareh Solok di Kota Solok dan di Kabupaten Solok.
Pembibitan
Benih yang akan dipakai untuk disemaikan tidak boleh mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang. Warna gabah harus cerah, sesuai aslinya dan sesuai dengan varietasnya. Bentuk gabah tidak berubah dan harus sesuai bentuk aslinya. Daya kecambah benih padi yang boleh adalah minimal 80%. Sebelum disemaikan, benih diseleksi terlebih dahulu dengan cara merendam dalam larutan air garam. Benih-benih yang mengapung atau melayang dalam larutan air garam dibuang. Benih-benih yang tenggelam dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam selama 1 malam di dalam air mengalir supaya benih berkecambah secara bersamaan.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan sawah dimulai dari membersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar. Selanjutnya lakukan perbaikan pematang serta mencangkul sudut-sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak. Kemudian sawah dibajak untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan tanah ke dalam tanah. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari, setelah itu dilakukan pembajakan kedua yang disusul oleh pembajakan ketiga (bila diperlukan) 3-5 hari menjelang tanam.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh diantara tanaman padi. Pekerjaan penyiangan dikerjakan sekaligus dengan penggemburan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 2-3 minggu dan pada saat tanaman berumur 4-6 minggu. Penyiangan dapat pula dilakukan dengan menggunakan landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong). Pada waktu penyiangan kondisi air di areal sawah dibuat macak-macak. Genangan air pada lahan sawah perlu diatur sedemikian rupa sehingga tanaman padi sawah tidak kekurangan air dan juga tidak kelebihan air.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Terdapat berbagai jenis hama dan penyakit tanaman padi yang diketahui menyerang pertanaman padi di Kota Solok dan di Kabupaten Solok. Namun selama memungkinkan petani akan menghindari penggunaan pestisida anorganik dan menggantinya dengan teknik pengendalian lain non pestisida anorganik.
Tanaman Siap Panen
Pada saat tanaman siap panen, air pada persawahan dikeringkan sekitar 15 hari menjelang panen. Tanaman padi dinyatakan siap di panen apabila sekitar 90 % bulir padi sudah menguning dan sebagian daun juga sudah mulai menguning.
Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan dengan menggunakan arit atau sabit dengan cara memotong batang tanaman padi yang berisi malai yang telah masak pada ketinggian sekitar 10- 20 cm dari permukaan tanah.
Pemasaran
Pemasaran dilakukan dalam bentuk gabah kering panen dan dalam bentuk beras. Pemasaran dalam bentuk gabah yang sudah kering dan bersih dilakukan oleh petani kepada UPH sehingga beras yang dihasilkan menjadi milik UPH.
Tanda Indikasi Geografis Bareh Solok
Tanda Indikasi Geografis Bareh Solok terdiri dari nama Indikasi Geografis, Logo Bareh Solok, Logo Indikasi Geografis Nasional dan Kode Keterunutan, yang diatur sebagai berikut:
Nama Indikasi Geografis
Nama Indikasi Geografis yang wajib digunakan dalam label dari setiap kemasan produk Bareh Solok adalah, Bareh Solok.
Logo Indikasi Geografis Bareh Solok
Logo Indikasi Geografis yang wajib digunakan dalam label setiap kemasan produk Bareh Solok
Makna dari Logo Bareh Solok tersebut adalah: Gambar dua butir padi berwarna emas bermakna butir padi kebanggaan masyarakat Kabupaten Solok dan Kota Solok yang menghasilkan Bareh Solok yang terkenal.
Gonjong Rumah Gadang bergonjong (berpuncak runcing) lima bermakna rumah adat Minangkabau melambangkan bahwa wilayah Kota Solok dan Kabupaten Solok.

























